KOTA BAKTI, Stop Pembodohan Generasi Muda

Mencerdaskan Generasi Muda Dengan Politik
Mari kita memulainya dengan melihat fakta, bahwa dewasa ini dunia politik cenderung membodohkan masyarakat, terutama para remaja selaku generasi muda. Pembodohan itu terjadi karena banyaknya dosa-dosa politik yang dilakukan oleh para politisi. Baik dosa dalam bentuk korupsi, kolusi, dan juga nepotisme. Mengapa hal ini disebut pembodohan? Alasan yang pertama, karena hal tersebut dapat menciptakan sebuah opini di kalangan generasi muda bahwa dunia politik adalah dunia yang penuh dengan limpahan dosa. Sehingga, mayoritas dari mereka memilih untuk menjauh dan tidak mau tahu urusan poilitk. Padahal, segala kebijakan dan aturan yang secara langsung diterapkan dalam kehidupan mereka sebagai warga Negara dirancang dalam dunia politik. Alasan yang kedua, karena hal tersebut dapat menimbulkan rasa benci di hati generasi muda terhadap para pemangku kebijakan, baik di kalangan eksekutif ataupun legislatif. Tentu ini dapat menjadi masalah. Karena ketika hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin tidak terjalin suatu hubungan yang harmonis, tentunya segala kebijakan yang akan diterapkan tidak akan berjalan secara maksimal.

Dan apabila generasi muda sudah bersikap tidak peduli (apatis) serta benci terhadap dunia politik, maka akan berujung pada penyakit “buta politik”. Yang pada akhirnya, akan membentuk dua kelompok generasi muda penerus bangsa. Kelompok pertama, adalah generasi muda yang diam dalam menanggapi segala kebijakan yang terkadang, kebijakan tersebut tidak berpihak pada mereka (masyarakat). Dengan kata lain, mereka akan kehilangan nalar kritis sebagai generasi muda sehingga dengan mudah dikelabui oleh para politisi dan pejabat nakal. Kelompok kedua, adalah kelompok radikal yang cenderung anarkis dalam menanggapi setiap kebijakan pemerintah. Memang, ketika semangat yang menggebu tidak dibarengi dengan pengetahuan yang mendalam, dapat menimbulkan tindakan kekerasan.

Sebenarnya apabila kita melihat lebih cermat, masih ada satu lagi alasan dan kelompok yang terkait dengan politik yang membodohkan ini. Yaitu, hal tersebut dapat menarik perhatian dari calon “koruptor baru”. Ketika dipaparkan bahwa alam politik adalah alam yang penuh dengan proyek dan rupiah yang melimpah, sementara di sisi lain hukum tumpul yang tidak dapat menjangkau para koruptor “kelas kakap”, maka akan muncul kelompok generasi muda yang tertarik dengan dunia politik sekedar berhasrat untuk meraup keuntungan materi. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya politisi yang dulunya adalah aktifis, akhirnya tersandung dengan kasus korupsi.

Alasan-alasan dan kelompok-kelompok di atas, adalah penjelasan mengapa dunia politik saat ini dikatakan cenderung membodohkan masyarakat terutama remaja dan generasi muda. Politisi nakal yang tidak memberikan teladan kebaikan, dan media yang menyiarkan berita secara kebablasan, membuat generasi muda “buta politik” atau tidak lagi mengetahui makna sejati dari politik. Sehingga mereka seringkali bersikap “kurang cerdas” dalam menyikapi berbagai masalah politik dan kebijakan pemerintahan.

Maka dari itu, kita perlu segera menghapus politik yang membodohkan ini, menjadi politik yang mencerdaskan generasi muda. Karena generasi muda adalah agen perubahan yang diharapkan mampu mengubah Bangsa ke arah yang lebih baik, serta menjadi pengawal kebijakan pemerintah, agar setiap kebijakan yang diambil benar-benar berpihak kepada rakyat.

Selanjutnya, bagaimanakah konsep politik yang mencerdaskan ini? Sebenarnya cukup sederhana, yaitu harus ada sinergitas antara politisi, media, dan aparat penegak hukum. Para politisi tidak hanya mencari dukungan, namun juga memberikan teladan kebaikan dalam dunia politik. Sementara media juga tidak hanya memberitakan perihal dosa-dosa politik yang cenderung memprovokasi masyarakat, namun juga mengabarkan perihal kemajuan dan kebaikan dunia politik dalam negeri. Di sisi lain, aparat penegak hukum benar-benar tegas dalam memberikan sanksi kepada politisi nakal.

Mungkin konsep itu masih terkesan abstrak dan utopis. Namun kita bisa membuat sebuah rancangan konkrit, agar konsep politik yang mencerdaskan ini bisa benar-benar terwujud.

Yang pertama, dengan menghentikan politik uang (money politics). Sebagaimana kita ketahui, saat ini kegiatan membagi-bagikan uang selama berkampanye nampak jelas terlihat dalam dunia politik. Hanya saja, “kemasan” yang dipakai oleh para politisi sanggup mengelabui panitia pengawas pemilu (panwaslu). Misalnya politik uang dalam bentuk sumbangan, membagikan sembako, membagikan kaos, dan lain sebagainya. Hal ini tentu dapat membuat masyarakat terutama generasi muda bersikap pragmatis, dengan memilih calon yang memberikan “suap”, dan mengesampingkan visi dan misi dari para calon. Maka dari itu, perlu adanya ketegasan. Bahwa, selama berkampanye para calon hanya boleh mengandalkan visi dan misi. Dengan begitu generasi muda akan terlatih untuk cermat dan cerdas dalam menentukan pilihan.

Yang kedua, belajar politik sejak dini untuk berbakti: Saat ini kita melihat partai politik banyak merekrut kader-kader instan yang kurang berkualitas. Pengkaderan hanya mengandalkan kekayaan dan ketenaran untuk menarik perhatian masyarakat. Misalnya, dengan mengkader para artis. Hal ini membuktikan bahwa dunia politik kita mengalami kegagalan dalam mempersiapkan kader yang cerdas dan berkualitas. Maka dari itu, harus ada pendidikan politik bagi generasi muda (pelajar menengah dan mahasiswa). Pendidikan tentang apa itu makna sejati dari politik, serta cara membaca kondisi politik terkini. Dengan begitu, akan tercetak generasi muda yang kritis dan cerdas dalam mengawal dunia perpolitikan, serta di sisi lain akan tercetak kader-kader baru yang benar-benar berkualitas.

Yang ketiga, dengan memberikan ketegasan hukum bagi pelaku dosa politik, serta pendidikan hukum bagi generasi muda : pemberian ganjaran terhadap pelaku dosa politik di negeri kita selalu berjalan tidak seimbang. Mulai dari perlakuan yang istimewa, pengurangan masa hukuman, bahkan sampai vonis bebas. Sementara media, juga terkesan mencari berita hangat sesaat. Meskipun sebuah kasus belum tuntas, namun segera ditinggalan jika dirasa sudah “tidak hangat” lagi. Dan para generasi muda, hanya bisa menonton dari rumah, atau paling banter melakukan unjuk rasa dengan berteriak di luar gedung. Hingga pada akhirnya, dosa politik tidak diganjar setimpal, dan masyarakat terutama generasi muda tetap diombang-ambingkan oleh tumpukan kasus-kasus baru. Maka dari itu, aparat penegak hukum wajib ikut andil dalam mencerdaskan generasi muda dan masyarakat, dengan menegakkan hukum setegak-tegaknya. Dan tidak lupa, memberikan pendidikan atau paling tidak sosialisasi tentang hukum yang berlaku di Indonesia. Agar generasi muda terlatih untuk mengawal setiap vonis hukum yang dilimpahkan kepada khususnya pelaku dosa politik.

Apabila ketiga hal ini dapat dilakukan, maka politik dalam negeri akan mencerdaskan generasi muda. Cerdas dalam artian dapat menjadi masyarakat yang bijak dan “melek politik” sehingga tidak mudah dikelabui oleh politisi nakal. Dapat menjadi pengawal yang senantiasa mengawal setiap kebijakan dan arus politik yang mengalir dengan cara yang lebih cerdas, tidak harus dengan demonstrasi. Serta dapat menjadi kader-kader politik masa depan yang berkualitas jasmani dan rohaninya. Dengan begitu, maka generasi muda bangsa dapat benar-benar menjadi agen perubahan bagi bangsa dan Negara.

Jadi, kesimpulannya adalah. Generasi muda wajib “melek politik”. Generasi muda harus cerdas dalam menyikapi berbagi permasalahan yang melingkupi dunia politik. Maka, generasi muda harus menuntut transisi dari politik yang membodohkan menjadi politik yang mencerdaskan. Bagaimanakah konsep tuntutan itu? yaitu harus ada sinergitas dari semua elemen. Apabila hanya mengandalkan aparat penegak hukum, tentu terlalu naif. Maka, antara aparat penegak hukum, media, dan politisi harus membentuk sebuah “lingkaran malaikat” yang selalu menjaga dan mengawasi satu sama lain.

Yang terakhir, tentu harus ada nasehat pada diri sendiri sebagai cara untuk menginstropeksi diri. Memang kita, selaku generasi muda jengah melihat dunia politik yang penuh dengan intrik dan manipulasi tidak sehat terutama yang berkaitan dengan dana dan jabatan. Kita juga sudah bosan dengan begitu banyaknya dosa-dosa yang mengiringi perjalanan politik kita. Memang, itu semua merupakan kesalahan. Namun bukankah kesalahan itu harus diperbaiki, bukan justru dijauhi? Maka dari itu, mari kita selaku generasi muda senantiasa belajar dan belajar agar kita dapat menjadi generasi muda yang kritis dan juga cerdas. (Bach).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"HASAN TIRO DIKHIANATI" dimatanya Aceh sudah merdeka

KOTA BAKTI, KPK : Tanda Awas Bagi Oknum Pejabat Daerah Yang Sengaja Memainkan Dana Desa

Kota Bakti : CUMBOK WAR, A SOSIAL REVOLUTION IN ACEH (1946-1947)